Setiap dua atau tiga minggu sekali aku selalu nyempetin pulang kampung di Lamongan, selain jaraknya dekat, yakni dapat ditempuh cuman 2 jam, juga karena aku rasa kumpul keluarga itu penting untuk recharge energi sebelum berkutat dengan kesibukan di hari Senin. Hal lain yang membuatku semangat setiap kali pulang adalah ketemu dua ponakan yang nakalnya minta ampun tapi ngangenin. Dino dan Arsyad.
Nah, salah satu aktivitas pulang kampung kemarin adalah main di ke Pasar Malam. Si Arsyad ngeroweng minta ditemenin kesana. Karena lokasinya masih satu desa, aku iya-in aja. Dulu jaman aku kecil Pasar Malam selalu diadakan setiap satu tahun sekali menjelang bulan Ramadhan itupun di tetangga desa. Tapi semenjak desaku punya lapangan sendiri, kayanya sekarang tiap bulan ada. Di Pasar Malam itu banyak pedagang, permainan, serta jajanan (martabak & terang bulan). Saat kesana, kodisi lapangannya cukup berdebu, maklum lagi musim kemarau. Tapi ternyata Arsyad antusias dengan hiburan murah meriah ini.
Nah, salah satu aktivitas pulang kampung kemarin adalah main di ke Pasar Malam. Si Arsyad ngeroweng minta ditemenin kesana. Karena lokasinya masih satu desa, aku iya-in aja. Dulu jaman aku kecil Pasar Malam selalu diadakan setiap satu tahun sekali menjelang bulan Ramadhan itupun di tetangga desa. Tapi semenjak desaku punya lapangan sendiri, kayanya sekarang tiap bulan ada. Di Pasar Malam itu banyak pedagang, permainan, serta jajanan (martabak & terang bulan). Saat kesana, kodisi lapangannya cukup berdebu, maklum lagi musim kemarau. Tapi ternyata Arsyad antusias dengan hiburan murah meriah ini.
Mainan yang dinaiki pertama kali adalah carousel, semacam kuda-kudaan yang berputar. Gerakan memutarnya manual, digerakkan oleh tenaga manusia. Jumlah putarannya pun terserah si pemutarnya. Sekali naik cukup sepuluh ribu.
Permainan kedua adalah naik miniatur kereta api. Rangkaian kereta api kecil ini digerakkan oleh mesin kecil di tengah lintasan rel. Bahan bakarnya solar. Meski suara mesinnya berisik sekali, Arsyad ngga merasa terganggu. Dia senang naik di kursi masinis. Cukup sepuluh ribu juga untuk naik kereta kecil ini.
Permainan kedua adalah naik miniatur kereta api. Rangkaian kereta api kecil ini digerakkan oleh mesin kecil di tengah lintasan rel. Bahan bakarnya solar. Meski suara mesinnya berisik sekali, Arsyad ngga merasa terganggu. Dia senang naik di kursi masinis. Cukup sepuluh ribu juga untuk naik kereta kecil ini.
Setelah naik dua permainan, Arsyad mulai minta jajan. Pake kode dan pernyataan komitmen segala.
"Om...Pop Ice itu enak ngga Omm"
"Asad Mau?"
"Kata Ibuk ngga boleh minum manis-manis, nanti ompong Omm"
"Oh gitu, jadi Asad mau apa?"
"Pop Ice Coklat!" sambil nyengir.
"......."
"Om...itu bole dimakan ngga?" nunjuk Arumanis.
"Boleh, Asad mau juga?"
"Mau...tapi jangan bilang Ibuk ya..."
"Iyeee..."
Comments
Post a Comment